IHSG 2020: 8 hal terpenting yang saya pelajari (+ Saham Rebound Tercepat)

Hi semua, saya Vincent, telah berinvestasi di saham sejak 2012 (umur 19 tahun), lalu sempat vakum sekitar 3 tahun ketika kuliah. Kembali berinvestasi lagi sejak 2016 (umur 23 tahun). Gain di saham sekitar 20-30% per tahun (sebelum krisis). Tidak termasuk tinggi dibanding banyak investor lain, tapi cukup untuk saya dibanding masuk ke deposito.

Saya menulis post ini untuk Anda yang ingin berinvestasi di pasar modal dan dapat meraup keuntungan yang besar ketika market crash seperti di Maret-April 2020.

Saya tidak akan membahas rasio seperti DER, PBV, PE, dll di post ini. Saya juga tidak akan membedah laporan keuangan. Di post ini, saya akan fokus pada pola pikir, pemahaman dan mengingat sejarah (pattern).

IHSG turun dari all-time high di 6,600 ke 4,000

1. Ketika IHSG crash, BELI sebanyaknya ketika IHSG sudah turun sebanyak 40%

Kalau saja saya melakukan hal yang di atas, keuntungan saya di pasar modal tahun ini bisa mencapai 80% (Jika investasi Rp 100 juta menjadi Rp 180 juta). Saya mulai menambah investasi saya ketika IHSG turun 20%, 30%, 40%, lalu ketika mulai naik sampai desember. Di akhir tahun ini, keuntungan saya “hanya” sekitar 40%.

Sebenarnya 40% dalam 1 tahun itu cukup tinggi, tapi di market crash selanjutnya saya mau mengoptimalkan lagi untuk mencapai 80%.

Tentunya, banyak investor yang mendapatkan keuntungan 100% sampai bahkan 1,000% tahun ini lewat investasi di saham yang digoreng bandar (FIRE, ARTO, dll). Saya tidak berinvestasi di saham-saham tersebut karena secara fundamental belum dapat justify kenapa harganya bisa naik. Semua saham yang saya beli adalah perusahaan yang dapat melewati resesi atau bahkan krisis secara utuh dan bahkan masih profit.

2. BELI bahkan ketika Anda belum dapat prediksi kapan krisis berakhir

Kenapa saya sebelumnya tidak “all-in” atau investasi semua dana dingin ketika IHSG di bottom crash? Karena saya belum dapat prediksi kapan krisis virus corona akan berakhir. Karena FEAR tersebut, saya membeli secara mencicil setiap bulan.

Pasar modal biasanya “priced-in” atau harga menyesuaikan jauh lebih cepat daripada realita di sektor riil. Jadi ketika crash 40% misalnya, penurunan harga sudah menyesuaikan untuk prediksi pasar terhadap performa perusahaan 1 tahun ke depan. Jadi ketika saham mulai naik lagi sampai hampir balik ke all-time high, artinya prediksi pasar adalah performa perusahaan akan segera membaik.

Mungkin Anda bertanya, tahu darimana bahwa jika IHSG turun 40% berarti sudah priced-in? Jika saya pelajari untuk sejarah crash IHSG, paling banyak pernah turun 50-60% ketika market crash. Untuk 2020 ini terjadi penurunan 40%, jadi menurut saya sudah cukup aman untuk membeli banyak ketika turun 40% dibanding mencicil dari penurunan 20-30%.

3. Perhatikan QE (Quantitative Easing) dan Insentif Pemerintah

Ketika krisis ekonomi, pemerintah biasanya mengeluarkan berbagai kebijakan seperti bantuan sosial berbentuk dana tunai dan pinjaman dengan bunga rendah ke bank besar. Intinya, akan terjadi penambahan uang tunai yang beredar. Ini yang menyebabkan nilai uang menurun, sehingga nilai aset akan naik secara mata uang. Nilai aset seperti tanah, properti, saham, emas dan bitcoin akan semua naik.

Emas adalah safe haven yang sering dibeli ketika krisis, tapi berdasarkan data, lebih untung jika Anda membeli saham perusahaan bagus daripada emas.

4. Saham Rebound Tercepat: Bank Besar dan Tambang Emas

Ketika IHSG turun, biasanya saham-saham blue chip bank besar juga turun banyak. Tapi dalam waktu singkat, pasar akan menyadari bahwa kepanikan tersebut terlalu berlebihan. Dalam 1-2 bulan setelah crash, saham akan mulai naik lagi dengan lumayan cepat.

Saham Bank dengan kenaikan tercepat setelah crash: BBCA & BBRI

2 bank di atas memiliki fundamental terbaik selama 20 tahun terakhir, tidak heran mereka menjadi anak emas para investor.

Ketika krisis, harga emas melambung tinggi. Maka banyak tambang emas akan untung besar.

Saham Tambang Emas dengan kenaikan tercepat setelah crash: ANTM & MDKA

5. Batu bara: Emas Hitam?

Harga batu bara mencapai penurunan hingga $50 / ton, saham-sahamnya juga berjatuhan. Melihat peluang tersebut, banyak investor yang masuk ke berbagai saham batu bara dan terbukti mendapatkan gain 50-200% dalam waktu 1 tahun. Di akhir 2020, harga batu bara naik hingga $85 / ton. Bahkan masih ada potensi kenaikan hingga $100 / ton.

Kenapa harga batu bara naik?

Untuk 2020, sebenarnya pandemi menyebabkan konsumsi batu bara menurun. Akan tetapi, terjadi konflik politik antara China dan Australia. Sebagai importir terbesar, China stop impor batu bara dari Australia. Ini menyebabkan China kekurangan batu bara dan harus beli dari negara lain seperti Indonesia, Russia, dll.

Harga Batu Bara 2020

Ketika demand lebih tinggi dari supply, mau tidak mau harga menjadi naik. Tetapi jika tiba-tiba China mengizinkan impor batu bara dari Australia lagi, maka supply akan mulai naik dan harga bisa turun lagi (hipotesis per tanggal 27 Desember 2020).

Saham Batu Bara dengan fundamental terbaik di 2020: PTBA, ITMG, ADRO.

*Banyak saham batu bara lain yang naik lebih banyak, tapi dengan resiko yang jauh lebih besar (perusahaan banyak hutang, jadi tidak saya mention disini).

6. Siapapun Bisa Untung di Ketika Market Bullish

Tidak perlu pengetahuan, semua akan untung jika membeli saham ketika market crash dan menjual ketika market rebound. Tetapi, kita memerlukan pengetahuan untuk dapat mempertahankan kinerja tersebut ketika market dalam keadaan normal.

Jumlah investor retail meningkat banyak di tahun 2020 ini, banyak “virgin” investor yang baru pertama kali membeli saham. Menurut saya akan terjadi bubble di masa depan jika para investor baru tidak melihat fundamental perusahaan dengan baik dan hanya investasi berdasarkan rumor.

7. Read, Think, Invest

Ini adalah krisis ekonomi pertama yang pernah saya lalui di pasar modal, di periode ini saya memilih untuk konsisten berinvestasi dan membaca banyak buku bisnis, laporan keuangan, prospektus, dll. Semua agar pengetahuan saya semakin banyak dan dapat mengambil keputusan yang tepat secara konsisten.

Saya menemukan bahwa membaca buku bisnis tidak kalah penting dari membaca buku tentang investasi. Secara esensi, membeli saham adalah membeli bisnis. Jika tidak mengerti bisnis, maka investasi saham tidak akan optimal. Setuju?

Investor yang tidak mengerti bisnis akan mengambil resiko sangat besar, apalagi jika telah merasakan keuntungan yang banyak di tahun 2020. Kadang manusia tidak bisa membedakan yang namanya “hoki” dan benar-benar mengerti. Karena mendapatkan keuntungan di tahun 2020 begitu mudah, tidak percaya? Coba tanya semua teman Anda yang investasi di tahun 2020, pasti semua minimal untung 20-50%.

8. The Beginning of Tech Stocks in IHSG?

Sebuah saham bank bernama ARTO naik berkali-kali lipat tahun ini. Kok bisa?

Jika kita melihat sejarah di pasar modal US (NASDAQ), ada sebuah pattern bahwa saham teknologi sering digoreng karena kebanyakan orang berinvestasi untuk potensi masa depan (profit yang akan masuk). Beda dengan Warren Buffett yang berinvestasi untuk kenyataan masa lalu (profit yang sudah masuk).

Saham Bank ARTO naik karena diakuisisi oleh Patrick Walujo & Jerry Ng (harga Rp 395 / saham di 2019) , lalu selanjutnya sahamnya dibeli Gojek (harga Rp 1,150 / saham di 2020)

Patrick Walujo dari Northstar Capital adalah salah satu investor awal Gojek.

Jerry Ng sendiri dulu menjabat sebagai direktur utama di BTPN.

Keduanya memiliki reputasi dan track record yang baik, ditambah dukungan tim manajemen yang berpengalaman dari BTPN.

Jadi tujuan akuisisi ini untuk membangun Bank Jago, sebuah digital bank yang business model-nya di luar negeri sudah terbukti sukses.

Secara sederhana, menurut saya Bank Jago sangat menjanjikan. Pertanyaannya, apakah harga saham perusahaan ini layak di hargai Rp 4,000 / saham sekarang (Desember 2020)?

Menurut saya, tentu saja tidak. Di 2019, Patrick & Jerry masuk di Rp 395 / saham. Di 2020, Gojek masuk di Rp 1,150 / saham. Perusahaan baru mulai dan masih rugi, kok sudah naik ke Rp 4,000 / saham? Pasar modal memang tidak kenal logika, tapi pasar modal juga tidak kenal ampun. Yang sudah beli di harga murah pastinya jauh lebih aman.

Saya pribadi tertarik untuk masuk ke saham ARTO dengan valuasi benchmarking ke digital bank di luar negeri, tentu itu hanya bisa dilakukan setelah ada laporan keuangan dengan revenue dan growth di masa depan. Mungkin 1-2 tahun lagi akan menjadi waktu yang tepat untuk evaluasi. Untuk perusahaan teknologi, net profit tidak begitu penting di awal bisnis. Tapi, gross profit tetap penting. Fokusnya adalah pertumbuhan pesat dulu. Untuk Bank Jago kemungkinan juga harus merebut market share dari BBCA dan kawan-kawan. Bisa gak ya? Will be interesting to see!

Conclusion

2020 adalah tahun yang berat untuk banyak bisnis, tapi ternyata waktu terbaik untuk para investor baru. Saya berharap semoga ekonomi semakin membaik dan pandemi virus corona dapat berakhir di tahun 2021.

Terima kasih telah membaca sampai habis. Semoga berguna!

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s